Home Budaya Batak Lima Puluh Perumpaan Batak (1)

Lima Puluh Perumpaan Batak (1)

620

Perumpamaan dalam budaya Batak adalah kalimat bijak yang tujuannya untuk mengungkapkan sesuatu hal dalam bentuk kata yang lain, atau untuk menhaluskan seperti penggunaan perumpamaan pada bahasa Indonesia.

  1. Ingkon songon poting, lam marisi lam so marsoara (Makna: Semakin tinggi ilmu pengetahuan seseorang, harus semakin hati-hati berbicara).
  2. Jempek do pat ni gabus (Makna: sehebat apapun seseorang menutupi kebohongannya, cepat atau lambat pasti akan terbongkar juga).
  3. Jolo dinilat bibir asa nidok hata (Makna: pikir dahulu baik-baik sebelum berbicara)
  4. Lambiakmi ma galmit (Makna: Bila orang tua mengeluhkan kelakuan anaknya yang kurang baik,sadarilah bahwa itu karena kekurangan orang tua dalam mendidik anaknya itu).
  5. Molo litok aek di toruan, tingkiron ma tu julu (Makna: bila ingin menyelesaikan suatu permasalahan, carilah dahulu apa penyebabnya).
  6. Songon parlange ni si bagur, tio tu jolo, litok di pudi (Makna: Seseorang yang suka meninggalkan persoalan/ kekacauan di tempat yang ditinggalkannya).
  7. Tongka do mulak tata naung masak, mulak marimbulu naung tinutungan (Maknanya: sesuatu hal yang telah terjadi tidak boleh lagi disesali).
  8. Ndang adong amporik na so siallang eme (Maknanya: tidak ada seorangpun yang akanmelewatkan kesempatan besar didepannya).
  9. Ingkon sada do songon dai ni aek, unang mardua songon dai ni tuak (Maknanya: setiap orang harus saling terbuka agar seia sekata, dan bukan berdebat dalam pendapat yang berbeda).
  10. Ndang piga halak sigandai sidabuan, alai godang sigandai hata (Maknanya: dalam kehidupan tidak banyak orang yang berkata jujur dan berbuat ikhlas, tetap orang-orang lebih banyak menggosipi orang lain dan memutarbalikkan fakta).
  11. Piltik ni hasapi do tabo tu pinggol, anggo piltik ni hata sogo do begeon (Maknanya: kabar yang sesuai dengan keadaan adalah yang harus di dengar, sementara gosip dan kabar yang memburukkan orang lain haruslah dijauhi atau dihindari).
  12. Santau aek nuaeng, duaan tahu aek marsogot, na santahu i do pareahan (Maknanya: Sedikit pun yang kita hasilkan hari ini, mungkin besok akan lebih banyak, tapi hasil hai ini yang sedikit itupun, haruslah disyukuri).
  13. Risi-risi hata ni jolma, lamot-lamot hata ni begu. (Maknanya: Ucapan manusia itu kasar, tetapi ucapan iblis itu halus lemah-lembut,Ungkapan ini mengingatkan supaya orang jangan cepat tergiur pada kata-kata rayuan yang hanya enak didengar kuping, padahal maksud dan tujuannya untuk menusuk dari belakang atau tipuan).
  14. Jolo nidilat bibir asa nidok hata (Maknanya:Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Pikirkan dulu baik-baik barulah ucapkan).
  15. Ndang dao tubis sian bonana. (Maknanya: Rebung tidak akan jauh dari pokoknya. Ini biasa diucapkan untuk menilai perilaku orng lain atau untuk menyimpulkan mengapa sampai terjadi kelakuan anak seperti itu. Oh, orangtuanya pun seperti itu).
  16. Aek godang, aek laut. Dos ni roha sibahen nasaut (Maknanya:Hasil musyawarah untuk mufakat itulah yang terbaik).
  17. Tuit sitara tuit, tuit pangalahona. Molo tuit boru i mago ma ibotona. (Maknanya: Perempuan yang suka mejeng atau berbuat tak senonoh akan mempermalukan saudaranya laki-lakinya. Mengapa? Karena harga diri suatu keluarga kelak terletak di tangan anak lelaki bila ayahnya sudah tiada. Jadi, para gadis Batak janganlah sampai terkesan cewek jalang).
  18. Ndang di ahu, ndang di ho, tumagonan ma di begu. (Maknanya: Tidak untuk saya, juga tidak untuk kamu, lebih baik untuk hantu. = Ucapan ini dialamatkan kepada orang yang berhati busuk ketika merasa kalah dalam perebutan harta, kekuasaan atau hak-hak lain. Ia tidak merasa senang kalau temannya sendiri yang mendapatkan, lebih baik pihak ketiga).
  19. Tampulon aek do na mardongan tubu. (Maknanya:Orang semarga itu bagaikan aliran air ( sambung menyambung),jika dicoba diputuskan, sebentar lagi sudah menyatu. Artinya; jangan coba-coba mengadudomba atau mencerai-beraikan orang semarga).
  20. Ndang songgop onggang tu hadudu. (Maknanya:Tidak sanggup burung enggang ke padi-padian. Artinya tidak mungkin kehormatan dan kekuasaan datang kepada orang bodoh).
  21. Songon sorha ni padati (Maknanya: bagaikan roda pedati. Artinya hidup ini mengalami perputaran, terkadang makmur, jatuh miskin. Sorha = alat pemintal benang).
  22. Molo mate ina i, dohot do ama panoroni. (Maknanya:Kalau ibu meninggal, ayah itu pun menjadi ayah tiri. Ini dikatakan untuk mengungkit pengalaman sedih anak-anak yang ditinggal mati oleh ibunya, Jika ayah kawin lagi, maka sang ayah itu pun selalu berpihak pada istri baru).
  23. Purpar pande dorpi bahen tu dimposna. (Maknanya:Tukang kayu betapapun pandainya melakukan pekerjaannya pastilah menimbulkan suara bising , namun membuat rapi hasil kerjanya. Artinya, boleh ribut dulu dengan sesama asalkan semuanya itu menuju kebaikan dan makin mengakrabkan hubungan kekerabatan).
  24. Hata mamunjung hata lalaen, hata torop sabungan ni hata. (Maknanya:Pendapat sendiri adalah pendapat yang tidak wajar, pendapat orang banyaklah yang jadi pedoman, dan jadi keputusan. Tarpunjung = terpencil, terkucilkan).
  25. Bolus do mula ni hadengganon, jujur do mula ni hasesega (Maknanya: Cepat melupakan perbuatan yang tidak baik seseorang sumber kebaikan, tetapi suka menghitung perbuatan baik kita menjadi sumber perselisihan).
  26. Situlluk mata ni horbo. (Maknanya:cepat-cepat tunjuk hidung atau menunjukkan kesalahan orang lain agar jera dan tidak menghabiskan banyak waktu membicarakannya).
  27. Siat mamiding naeng mamolak. (Maknanya:Diberi ruiang atau tempat untuk tidur menyamping, malah ingin telentang. Ini sama dengan ungkapan: Siat jari-jari naeng siat botohon = sudah muat jari, masih ingin lagi muat tangan.”. Ini sindiran bagi teman yang tidak puas-puasnya mendapatkan sesuatu).
  28. Tappakna do tajomna, rim ni tahi do gogona. (Maknanya:Organisasi atau kumpulan akan kuat bila tetap dalam kebersamaan dan seia-sekata).
  29. Sahalak maniop sulu, sude halak marsuluhonsa. (Maknanya:Seseorang berbuat baik, semua orang bergembira karena merasakan hasil perbuatan baik orang tersebut. Ini diucapkan untuk menghargai perbuatan baik seseorang sekaligus mengharap agar semakin banyak orang yang menjadi ”berkat” untuk orang lain).
  30. Tu sundungna do hau marumpak. (Maknanya:Pohon akan tumbang ke arah condongnya. Artinya, seseorang itu akan menjadi seperti apa kelak, akan sesuai bakat, talenta serta amal perbuatannya).
  31. Pitu batu martindi sada do sitaon na dokdok. (Maknanya:Tujuh batu bertindih tetapi satulah menahan paling berat. Ini diucapkan menyadarkan seseorang bahwa pada akhirnya meskipun banyak pendamping tetapi seoranglah menanggung beban terberat).

  1. Tampuk ni pusu-pusu, urat ni ate-ate. (Maknanya:si buah hati, anak yang paling dikasihi. Artinya, dalam keluarga orang Batak selalu ada anak yang paling dikasihi (anak hasian).

  1. Maraprap na so magulang. (Maknanya: Orang yang tidak jatuh, malah ikut terluka. Maksudnya, jangan ikut terlibat dan melibatkan orang lain pada sesuatu yang bukan urusannya).
  2. Sirungrung na dapot bubu, siosari na dapot sambil. (Maknanya:Seseorang yang mau melepaskan terhukum dari hukuman sewenang-wenang. rungrung = membalikkan sesuatu wadah untuk mengeluarkan isinya, misalnya air).
  3. Suhar bulu ditait dongan, laos suhar do i taiton. (Maknanya:jika seorang teman atau keluarga berbuat salah hendaklah dibela walau dalam hati mengakui hal itu salah. Ungkapan ini sudah jarang diucapkan karena dinilai idak sesuai dengan paham kasih dan kebenaran).
  4. Eme na masak digagat ursa, ia i namasa ba i ma niula. (Maknanya:Padi siap panen dimakan rusa, apa yang biasa dikerjakan kebanyakan orang itulah kita lakukan. Ungkapan ini juga dianggap melemahkan insiatif orang sehingga makin jarang diperdengarkan).
  5. Miakna panggorengna. (Maknanya: Seperti kebiasaan orang Batak dahulu, karena langka dan mahalnya minyak goreng sehingga minyak/ lemak babi itulah dipakai untuk menggoreng dagingnya. Ini dimaksudkan agar seseorang jangan terlalu repot mencari modal usaha. Pergunakan saja apa yang ada, mulailah dari usaha kecil).
  6. Mambuat mas sian toru ni rere. (Maknanya: mengambil emas dari bawah tikar buruk. Maksudnya agar jangan mengambil keuntungan dari jalan terkutuk).
  7. Ranggas tumutung bonana. (Maknanya: mas kawin (sinamot) keluarga pengantin perempuan itulah yang diatur dan dicukup-cukupkan untuk biaya pesta perkawinan. * Ranggas = ranting kayu yang sudah tua cocok untuk kayu bakar).
  8. Ndang jadi tanjungan ni ina nonang. (Maknanya: Kaum ibu tidak boleh terlalu mencampuri urusan adat yang sedang dibahas oleh kaum bapak).
  9. Manubu-nubui hata. (Maknanya: mengada-ada, menyiarkan berita bohong).
  10. Dipupusi na mate na mangolu. (Maknanya: Orang mati merampas harta orang hidup. Artinya; Keluarga yang ditinggalkan orang yang meninggal  menjadi  susah karena yang meninggal itu meningalkan hutang yang harus dibayar).
  11. Tigor do ransang hapit. (Maknanya: lurus kayu ransang terjepit. Artinya, orang yang bebuat benar dan tulus bisa saja terjepit, sehingga ia merasa serba salah).
  12. Molo bolak mandar ndang jadi ribahan. (Maknanya: kain sarung lebar janganlah dirobek. Ini mengingatkan agar jika anggota kelompok sudah meluas, janganlah sengaja dibuat terpecah-pecah).
  13. Ndang ditiptip halak ganjangna, ndang diarit balgana. (Maknanya: Tidak akan ada orang yang mengurangi kebesaran dan kehormatannya dalam melaksanakan sesuatu acara).
  14. Tiptip alai sai adong masiganjangi, dosdos alai sai adong mansiboloni. (Maknanya: Walaupun bersaudara tetapi semuanya tidak akan sama jalan pikiran maupun harta kekayaannya).
  15. Marnadonok do manghosing na bineom. (Maknanya: Hendaklah orang yang lebih dekat hubungan kekerabatan lebih dulu menerima bagian hak adat ( jambar hata , jambar juhut).
  16. Martampuk bulung, marbona sangkalan. Marnata suhut marnampuna ugasan. (Maknanya: Mengingatkan supaya keluarga terdekat lebih berpratisipasi dan bertanggungjawab, jangan terus mengandalkan kerabat yang mereka yang hubungan kekerabatannya jauh).
  17. Sihampir gabe gambir, tandiang gabe toras. Tudia pe ahu so tampil, tudia pe so bolas. (Maknanya: Karena kemiskinannya seseorang itu tidak masuk hitunganmasyarakat di lingkunganya).
  18. Ndang na taraithon tagonan ma pinonggolhon, ndang na tartangishon, tagonan ma tinortorhon. (Maknanya: Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah, lebih baik dibawakan dalam gerakan tarian saja.Artinya, jangan selalu bersedih).

You cannot copy content of this page

Eksplorasi konten lain dari Bernard Simamora

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca