Beranda Ekonomi BLT Bukan Solusi

BLT Bukan Solusi

256

Rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak akhir Mei mendatang, kembali mendapat kecaman keras dari mahasiswa. Mahasiswa menilai, pemberian Bantuan Langsung Tunai pada masyarakat miskin bukan lebijakan yang solutif.

Hal ini antara lain disuarakan sekitar 50 mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Solidaritas Mahasiswa Tolak kenaikan BBM yang berunjuk rasa di depan Kantor Pertamina Region IV Jateng dan DIY di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (12 /5). Mereka melakukan aksi jalan kaki dengan mendorong motor dan mobil sebagai bentuk ajakan untuk menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sampai di depan kantor Pertamina, puluhan aparat Kepolisian dibantu petugas keamanan Pertamina tel ah berjaga-jaga dan menutup pagar kantor. Semula, para pengunjuk rasa berniuat menemui General Manager Pertamina. Namun, tidak diizinkan oleh aparat Kepolisian. Puluhan mahasiswa tersebut kemudian bergantian melakukan orasi.

Dalam orasinya, mahasiswa menilai, rencana pemerintah menaikkan harga BBM tidak diikuti kebijakan yang dapat meringankan beban rakyat. Menurut mereka, BLT terbukti tidak efektif. Bahkan, merupakan sebuah pembodohan terhadap masyarakat.

Selain itu, kebijakan pemberian subsidi berupa bantuan operasional sekolah, beras serta asuransi kesehatan bagi rakyat miskin, juga rawan terhadap berbagai penyimpangan. Bantuan tersebut, selain selama ini terbukti tidak pernah berjalan lancar, pengurusannya juga berbelit-belit.

Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Semarang sekaligus koordinator aksi Kristiawanto, dalam orasinya mengingatkan pemerintah, kenaikan BBM berpotensi menciptakan lingkaran kemiskinan baru. Jika BBM naik, harga sembako dipastikan juga akan naik.

“Kondisi tersebut, akan mempersulit sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Keadaan sulit cenderung meningkatkan angka kriminalitas dan kekacauan,” kata Kristiawanto.

Hal lain yang harus diperhatikan pemerintah, kenaikan BBM akan berdampak pada perekonomian mikro. Operasional roda perekonomian sektor riil tersebut, selama ini sangat tergantung pada BBM. Sutomo, seorang pengunjuk rasa dari Senat Mahasiswa Un versitas Islam Sultan Agung menyatakan, jika BBM naik, bahan baku juga akan naik. Akibatnya, sektor industri kecil akan menurunkan kapasitas preoduksinya untuk menekan biaya. Pemutusan Hubungan Kerja dan pengurangan upah juga akan terjadi.

Mahasiswa juga menyodorkan solusi penyelesaian terhadap persoalan krisis BBM tersebut. Salah satunya dengan memotong tunjangan-tunjangan anggaran legislatif dan eksekutif untuk subsidi rakyat miski n. Selain itu, pemerintah juga harus melakukan optimalisasi Sumber Daya Migas dan Non Migas dalam negeri.

“SBY-JK juga harus menggratiskan semua biaya pendidikan dan kesehatan. Baru mereka bisa menaikkan harga BBM,” kata Kristiawanto. (A05)

sumber : kompas